Ajaran Kelembutan Rasulullah SAW
Ajaran Kelembutan Rasulullah
SAW
عَنْ عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ أَنَّهَا قَالَتْ أُتِيَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِصَبِيٍّ
فَبَالَ عَلَى ثَوْبِهِ فَدَعَا بِمَاءٍ فَأَتْبَعَهُ إِيَّاهُ
(صحيح البخاري)
<
Dari Aisyah Ummulmukminin (ibunda kaum
yang beriman, gelar istri-istri Rasul SAW), sungguh ia berkata: dibawakan pada
Nabi SAW seorang bayi lelaki, dan buang air kecil di baju beliau SAW, maka
beliau SAW minta air lalu mengusapnya dengan air saja" (Shahih Bukhari)
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
حَمْدًا لِرَبٍّ
خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ
وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ
الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ
يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ
وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي
هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ
اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ
وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu
wata’ala Yang Maha Luhur, Yang melimpahkan kepada kita kemuliaan tuntunan
nabiNya Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, hingga terangkat derajat kita
dari kehinaan menuju keluhuran, dari keluhuran menuju keluhuran yang lebih
tinggi lagi, demikianlah mulianya rahasia tuntunan sang nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam yang senantiasa menuntun seseorang kepada derajat
semakin luhur yang tiada akhirnya, hingga semakin dekat kepada Allah subhanahu
wata’ala. Kita telah mendengar penyampaian guru-guru kita akan indahnya keadaan
orang-orang yang ingin mendekat kepada Allah subhanahu wata’ala dan sebaliknya
bagaimana kerugian orang-orang yang tidak ingin dekat dengan tuhan penciptanya.
Sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ أَحَبَّ لِقَاءَ
اللهِ أَحَبَّ اللهُ لِقَاءَهُ وَمَنْ كَرِهَ
لِقَاءَ اللهِ كَرِهَ اللهُ لِقَاءَهُ
“Barangsiapa yang suka berjumpa dengan
Allah maka Allah suka berjumpa dengannya, dan barangsiapa yang benci bertemu
dengan Allah maka Allah benci untuk bertemu dengannya”
Hadits ini merupakan suatu lamaran cinta
dari Allah subhanahu wata’ala kepada hambaNya untuk mencintaiNya, oleh sebab
itu kita selalu dituntun oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk
senantiasa berada di jalan yang diridhai Allah subhanahu wata’ala, dan jika
kita mendapati diri kita tidak mampu melakukannya maka adukanlah dan mintalah
ampunan kepada Allah subhanahu wata’ala, namun Allah tidak akan membebani
hambaNya lebih dari kemampuannya, sebagaimana Allah subhanahu wata’ala
berfirman :
لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ
نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا
( البقرة : 286
)
“Allah tidak membebani seseorang
melainkan sesuai dengan kesanggupannya”. ( QS. Al Baqarah : 286 )
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
adalah lambang yang mulia yang diciptakan oleh Allah subhanahu wata’ala untuk
dijadikan panutan, dijadikan idola,dan untuk dicintai lebih dari seluruh
makhlukNya yang lain. Sehingga Allah subhanahu wata’ala mengelompokkan orang
yang mencintai nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dalam kelompok orang
yang mencintai Allah subhanahu wata’ala. Jika seseorang mencintai Allah
subhanahu wata’ala namun tidak mencintai nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam maka cintanya kepada Allah itu dusta, karena semakin seseorang
mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam maka hatinya akan semakin
dipenuhi dengan cinta dan rindu kepada yang telah menciptakannya, yaitu Allah
subhanahu wata’ala. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah makhluk
yang paling indah dan paling mencintai kita (ummatnya) lebih dari seluruh
makhluk lainnya. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam mencintai kita lebih dari
ayah ibu kita, mencintai kita lebih dari semua kekasih kita, karena ketika
seseorang telah telah masuk ke dalam api neraka maka tidak ada seorang pun dari
para kekasihnya yang akan mengingatnya kecuali sayyidina Muhammad shallallahu
‘alaihi wasallam yang akan memohonkan syafaat untuknya. Bahkan para nabi dan
rasul yang lainnya pun ketika mereka dimintai syafaat (pertolongan) kelak di
hari kiamat mereka berkata :
نَفْسِيْ نَفْسِيْ
نَفْسِيْ اِذْهَبُوْا إِلىَ
غَيْرِيْ
“ Diriku, diriku, diriku, pergilah
kepada selainku “
Kelak di saat manusia berkumpul di
telaga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka akan ada orang-orang dari
ummat beliau shallallahu ‘alaihi wasallam yang disingkirkan oleh malaikat dari
telaga itu karena mereka berubah (berpaling dari kebenaran) setelah Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam wafat, namun setelah mereka terusir dari kelompok
nabi Muhammad shallallahu ‘alalihi wasallam, maka mereka pergi menuju kepada
semua nabi untuk meminta pertolongan akan tetapi kesemuanya menolak, sehingga
mereka kembali lagi kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, yang
kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata :
أَنَا لَهَا
“ Itulah bagianku (akulah pemberi
syafaat”)
Dijelaskan oleh Al Imam Ibn Hajar Al
Atsqalani bahwa pada mulanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengusir
mereka akan tetapi kemudian menerima dan mensyafa’ati mereka kembali agar
dimaafkan oleh Allah subhanahu wata’ala. Maka diantara ummatnya ada yang
mendapatkan syafaat dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika berada
dalam mizan (timbangan) sehingga terselamatkan dari api neraka dan dimasukkan
ke surga, diantara mereka ada yang disyafa’ati ketika berada di atas shirat
(jembatan), dan diantara mereka ada yang telah masuk ke dalam api neraka baru
disyafa’ati oleh sang nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan Rasulullah
terus menghadap Allah untuk meminta pengampunan bagi umatnya yang masih berada
di dalam api neraka dan belum terselamatkan, hal ini menunjukkan kecintaan
beliau kepada seluruh ummatnya meskipun orang tersebut adalah pendosa. Karena
seseorang yang telah masuk ke dalam neraka maka tidak ada hal lain yang ia
harapkan kecuali syafaat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak hanya memberi syafa’at kepada
penduduk neraka yang pendosa saja, bahkan semua orang-orang shalih dari para
wali Allah, para syuhada’ yang telah masuk surga pun mereka disyafa’ati oleh
sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam agar derajat mereka semakin
tinggi di surga, dan orang yang telah masuk surga akan diberi syafa’at oleh
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk memberi syafaat untuk keluarganya
yang berada di neraka, maka semua ummat beliau akan mendapatkan syafa’at beliau
shallallahu ‘alaihi wasallam kelak di hari kiamat, sebagaimana yang dijelaskan
oleh Al Imam Qadhi ‘Iyadh dalam kitab As Syifaa.
Disebutkan dalam sebuah riwayat bahwa
sayyidina Jabir bin Abdillah Al Anshari Ra, salah seorang sahabat Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam membeli onta untuk mengunjungi temannya sayyidina
Abdullah bin Unais Ra, yang mana perjalanan itu ditempuh selama 1 bulan karena
ia mendengar bahwa sayyidina Abdullah bin Unais mengetahui satu hadits yang
belum sempat ia dengar, ketika itu sayyidina Jabir bin Abdillah tinggal di
Madinah sedangkan sayyidina Abdullah bin Unais telah hijrah ke tempat lain
namun beliau rela menempuh perjalanan selama satu bulan hanya untuk mendengar
satu hadits yang belum ia dengar, dan setelah sampai di depan rumah Abdullah
bin Unais, ia berkata kepada orang yang berada di pintu rumah itu : “sampaikan
kepada Abdullah bin Unais bahwa Jabir bin Abdillah berada di depan pintu
rumahnya”, mendengar hal itu sayyidina Abdullah bin unais kaget
kemudian keluar dan menemui sayyidina Jabir dan memeluknya dengan tangisan haru
karena mereka saling mencintai karena Allah dan telah lama tidak bertemu. Tidak
lama kemudian sayyidina Abdullah bin Unais pun tidak sabar ingin mengetahui
maksud kedatangannya dan berkata kepada sayyidina Jabir bin Abdillah : “Wahai
sahabatku Jabir apa yang membuatmu menemuiku hingga engkau menempuh jarak
sejauh ini?”, maka sayyidina Jabir bin Abdullah menjawab : “wahai
sahabatku, aku mendengar bahwa engkau mengetahui satu hadits yang belum pernah
aku mendengarnya”, mendengar hal itu sayyidina Abdullah bin Unais kaget
dan berkata : “Engkau menempuh jarak yang demikian jauh untuk menemuiku
hanya demi satu hadits saja yang belum pernah engkau dengar?”, maka
sayyidina Jabir bin Abdullah berkata : “Aku tidak ingin wafat dan ada
hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang belum aku ketahui,
sedangkan aku masih ada waktu dan bisa untuk mendengarkan hadits nabi tersebut
namun waktu itu tidak aku pergunakan untuk hal tersebut”, demikian yang
teriwayatkan dalam musnad Al Imam Ahmad dan.
Adapun hadits yang tadi kita baca
terdapat banyak riwayat yang memiliki makna yang sama namun berbeda versi,
dimana ketika dibawakan seorang bayi ke hadapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam, diantara riwayat menyebutkan bahwa bayi tersebut dibawa kehadapan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk di tahnik ( mengunyah kurma
kemudian dimasukkan ke mulut seorang bayi) oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam, adapula yang menyebutkan bahwa bayi yang dibawa ke hadapan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam adalah sayyidina Hasan dan ada yang mengatakan
bahwa bayi itu adalah sayyidina Husain. Maka ketika bayi itu dibawakan ke
hadapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, bayi itu mengeluarkan air
kencing dan mengenai baju Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam karena di
zaman itu belum ada pampers, namun saat itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam tidak melepas bajunya untuk dicuci, akan tetapi beliau hanya meminta
air dan kemudian mengusap bekas kencing bayi itu dengan air. Di dalam madzhab
Syafi’i dijelaskan bahwa hal ini adalah masalah khusus yang hanya berlaku bagi
bayi lelaki yang belum makan dan minum apa pun selain air susu ibunya, namun
jika bayi itu telah makan dan minum selain air susu ibunya maka tidak lagi
termasuk dalam najis ringan seperti yang disebutkan dalam hadits tadi.
Sebagaimana najis terbagi menjadi tiga, yaitu najis Mukhaffafah (najis yang ringan),
najis mutawassithah (sedang), dan najis mughallazhah (berat). Adapun kencing
bayi laki-laki yang belum makan dan minum selain air susu ibunya maka termasuk
ke dalam najis yang ringan, dan najis mutawassitah (najis yang sedang ) yang
mana jenis najis ini disucikan dengan membersihkan dan menghilangkan 3
sifatnya, rasanya, baunya dan warnanya. Maka semua najis selain najis
kencingnya anak lelaki yang belum makan dan minum kecuali air susu ibunya,
tergolongkan dalam najis yang sedang. Sedangkan najis anjing atau babi adalah
najis mughallazah (berat) yang mana cara mensucikannya adalah dengan
menggunakan air yang dicampur dengan tanah selama 7 kali, maka selain najis
anjing dan babi maka termasuk ke dalam najis yang sedang yang hanya dibersihkan
dengan air hingga hilang 3 sifat najisnya (warna, bau dan rasanya), namun jika
telah berusaha semampunya untuk menghilangkan ketiga sifat tersebut tetapi
tetap tidak bisa hilang, maka sebagian ulama’ berpendapat bahwa hal itu
dimaafkan, demikianlah sebagian dari kemudahan dalam syariat Islam sebagaimana
sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam :
فَإِنَّمَا بُعِثْتُمْ مُيَسِّرِيْنَ وَلَمْ تُبْعَثُوْا
مُعَسِّرِيْنَ
“ Sesungguhnya kalian diutus untuk
memberi kemudahan dan tidak diutus untuk membuat kesulitan”
Maka hadits tersebut memberikan
kemudahan bagi kita, karena seseorang akan merasa kerepotan jika bayi yang
pipis lantas mengenai baju maka baju itu harus dicuci bersih, berapa kali dalam
sehari hal itu akan terjadi karena bayi akan sangat sering mengeluarkan air
kecil, terlebih lagi di masa itu tidak ada pampers, hal menunjukkan indahnya
tuntunan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Oleh karena itu sesuatu
hal yang telah ada tuntunannya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
maka hal tersebut merupakan hal yang paling mudah diantara hal-hal yang mudah
yang telah diajarkan kepada kita. Namun terkadang orang yang merasa lemah maka
hal yang mudah pun masih belum mampu untuk mengamalkan, akan tetapi dalam hal
ini kita senantiasa mengingat bahwa di balik semua itu masih ada maaf dan
pengampunan Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Luas, sebagaimana seorang hamba
yang telah masuk neraka pun tetap akan diberi syafaat oleh Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam. Namun dalam hal ini sering muncul pertanyaan ; “Bagaimana
Allah subhanahu wata’ala menciptakan hamba (dan jika berkehendak) maka Allah
akan memasukkannya ke neraka, kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
justru yang mengeluarkannya dari neraka dengan syafaatnya, jika demikian apakah
Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam lebih baik dan lebih penyayang daripada
Allah subhanahu wata’ala?!”, tidak demikian kenyataannya, akan tetapi
ketahuilah siapakah yang telah menciptakan dan menjadikan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam mampu berbuat demikian, tentunya Allah subhanahu
wata’ala, maka kasih sayang Allah tetap ada dan masih diberikan untuk para
pendosa yang di neraka selama ia tidak menyembah selain Allah ketika di dunia,
dan kasih sayang Allah itu berupa syafaat yang diberikan oleh sayyidina Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam . Maka seharusnyalah kita mencintai kekasih yang
paling mencintai kita, nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Ketahuilah
bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah mahkluk yang paling ramah,
baik, selalu memberi kemudahan kepada yang lainnya.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Muncul pertanyaan kepada saya, mengapa kita di majelis selalu membaca qasidah? maka saya jawab bahwa hal itu telah diriwayatkan dalam hadits shahih dimana sayyidina Hassan bin Tsabit membaca qasidah/ syair di hadapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di masjid An Nabawy, maka ia menjawab : sayyidina Hassan bin Tasbit membaca qasidah sendiri tidak beramai-ramai, lantas manakah hadits yang menunjukkan para sahabat membaca qasidah beramai-ramai?, dalam hal ini mereka melupakan bahwa ada 13 riwayat di dalam Shahih Al Bukhari bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membaca qasidah beramai-ramai dengan para sahabatnya. Dimana ketika membangun Khandaq para sahabat berkata :
Muncul pertanyaan kepada saya, mengapa kita di majelis selalu membaca qasidah? maka saya jawab bahwa hal itu telah diriwayatkan dalam hadits shahih dimana sayyidina Hassan bin Tsabit membaca qasidah/ syair di hadapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di masjid An Nabawy, maka ia menjawab : sayyidina Hassan bin Tasbit membaca qasidah sendiri tidak beramai-ramai, lantas manakah hadits yang menunjukkan para sahabat membaca qasidah beramai-ramai?, dalam hal ini mereka melupakan bahwa ada 13 riwayat di dalam Shahih Al Bukhari bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membaca qasidah beramai-ramai dengan para sahabatnya. Dimana ketika membangun Khandaq para sahabat berkata :
نَحْنُ الَّذِيْنَ
بَايَعُوْا مُحَمَّدًا عَلَى
اْلإِسْلاَمِ مَا بَقِيْنَا أَبَدًا
“ Kamilah yang telah membai’at nabi
Muhammad (untuk berpegang) kepada Islam sepanjang hidup kami”
Dan dalam riwayat yang lain :
نَحْنُ الَّذِيْنَ
بَايَعُوْا مُحَمَّدًا عَلَى اْلجِهَادِ
مَا بَقِيْنَا أَبَدًا
“ Kamilah yang telah membai’at nabi
Muhammad untuk jihad sepanjang hidup kami”
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam menjawab :
اَللّهُمَّ إِنَّ
الْخَيْرَ خَيْرُ اْلآخِرَةِ
فَبَارِكْ لِلْأَنْصَارِ وَالْمُهَاجِرَةْ
“ Wahai Allah, sesungguhnya kebaikan
yang sejati adalah kebaikan akhirat, maka limpahilah keberkahan untuk kaum
Anshar dan kaum Muhajirin”
Dalam riwayat yang lain disebutkan فاغفر للأنصار والمهاجرة ، ( Ampunilah kaum
Anshar dan kaum Muhajirin), dan dalam riwayat lain disebutkan فارحم للأنصار والمهاجرة
( Sayangilah kaum Anshar dan kaum Muhajirin). Maka beliau shallallahu ‘alaihi
wasalam bersautan membaca qasidah bersama para sahabat, maka hal ini dahulu
dilakukan oleh sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersama para
sahabatnya, akan tetapi di zaman sekarang banyak yang mengatakan bahwa hal
tersebut adalah perbuatan bid’ah, padahal kesemua itu terdapat dalil-dalil yang
shahih dari hadits nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, baik yang
terdapat di shahih al bukhari dan lainnya. Namun perbuatan ini hampir hilang
akan tetapi dihidupkan kembali dari generasi ke generasi oleh kalangan
ahlusunnah wal jamaah dari guru-guru mereka yang memegang sanad yang bersambung
hingga kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Dalam sebuah riwayat
lain disebutkan, yang mana hal ini menunjukkan akhlak mulia Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam, dimana suatu ketika beliau shallallahu ‘alaihi
wasallam melewati seorang wanita yang sedang menangis di perkuburan, salah satu
pendapat para imam mengatakan bahwa tangisan wanita tersebut telah berlebihan,
sehingga ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melewati wanita
tersebut, beliau berkata :
اِتَّقِي اللهَ
وَاصْبِرِيْ
“ Bertakwalah kepada Allah dan
bersabarlah”
Maka ucapan Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam ( اتقي الله واصبري)
menunjukkan bahwa tangisan wanita itu telah berlebihan, karena menjerit-jerit
dalam tangisannya disebabkan yang meninggal adalah suaminya atau salah seorang
keluarganya namun ia tidak sempat menghadiri perkuburannya, namun ketika itu
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melihat hal itu, beliau tidak
menghardik wanita tersebut untuk pergi atau melarangnya atau dengan mengatakan
bahwa hal yang dilakukannya adalah perbuatan haram, namun dengan ramah dan
lemah lembut beliau berkata “bertakwalah kepada Allah dan bersabarlah”.
Mendengar hal itu tanpa menoleh siapa yang mengatakannya, kemudian ia berkata :
“Engkau tidak tertimpa musibah yang aku hadapi sehingga engkau tidak
merasakan apa yang aku rasakan saat ini, maka diam sajalah engkau”,
namun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam hanya diam kemudian pergi.
Setelah beberapa saat datanglah sayyidina Anas bin Malik kepada wanita tersebut
dan berkata : “Taukah engkau siapa yang tadi engkau bentak itu?”,
wanita itu menjawab : “tidak”, maka sayyidina Anas bin Malik
berkata : “Dia adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam”,
mengetahui hal itu maka wanita tersebut gemetar karena ketakutan telah
membentak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, sehingga dari rasa takutnya
seolah wanita itu akan meninggal, sebagaimana yang terdapat dalam riwayat
Shahih Muslim. Kemudian wanita itu bergegas menuju rumah Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam dan menghadap beliau dan berkata : “wahai Rasulullah
maafkan aku, sungguh aku tidak mengetahui bahwa engkaulah yang tadi menasihatiku”,
maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab dengan ramah dan
santai seraya menenangkan wanita yang ketakutan itu :
إِنَّمَا الصَّبْرُ
عِنْدَ الصَّدْمَةِ اْلأُوْلَى
“ Sesungguhnya kesabaran itu adalah di
saat pertama kali musibah terjadi”
Maka dengan ucapan tersebut, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam telah membuat wanita itu tenang dari musibahnya
dan tenang dari ketakutan yang telah membentak Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam. Sungguh indahnya budi pekerti nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam yang menenangkan seseorang yang sedang dalam ketakutan, kegundahan dan
kesedihan. Diriwayatkan dalam Shahih Al Bukhari, ketika Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam melakukan shalat jama’ah terdengar ada seorang
badui yang berdoa dengan suara yang lantang :
اَللَّهُمَّ
ارْحَمْنِيْ وَمُحَمَّدًا وَلاَ
تَرْحَمْ مَعَنَا أَحَدًا
“Wahai Allah rahmatilah aku dan
Muhammad, dan janganlah Engkau merahmati seorang pun selain kami “
Dijelaskan oleh Al Imam Ibn Hajar Al
Asqalany dalam Fathul Bari bahwa orang baduwi itu adalah seseorang yang pernah
membuang air kecil di dalam masjid lantas para sahabat hampir memukulinya,
namun Rasulullah sahallallahu ‘alaihi wasallam menghentikannya, sehingga karena
merasa kesal terhadap sahabat lantas ia mengucapkan doa tersebut.
Mendengar doa yang diucapkan orang badui itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam :
Mendengar doa yang diucapkan orang badui itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam :
لَقَدْ حَجَرْتَ
وَاسِعًا يُرِيْدُ رَحْمَةَ
اللهِ
“ Engkau telah menyempitkan sesuatu yang
luas, maksudnya adalah rahmat Allah”
Maka budi pekerti yang mulia yang
dimiliki oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membuat orang lain
mencintai beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. Semoga Allah subhanahu wata’ala
melimpahkan rahmat dan kebahagiaan kepada kita, dan mengabulkan hajat-hajat
kita yang bathin dan dhahir baik di dunia dan akhirah bahkan lebih dari yang
kita harapkan. Dan semoga Allah subhanahu wata’ala menyingkirkan segala musibah
dari kita semua, dan menggantikannya dengan rahmat, kemudahan dan kebahagiaan,
diantara kita yang dalam permasalahan semoga diberi penyelesaian oleh Allah,
dan bagi yang hingga saat ini belum mampu melaksanakan shalat 5 waktu semoga
hari ini adalah hari terkahir baginya, dan besok telah Allah beri kemampuan
untuk melakukan shalat 5 waktu, bagi yang belum berbakti kepada kedua orang
tuanya semoga setelah pulang dari majelis ini ia mulai berbakti kepada orang
tuanya. Bagi yang belum berbakti kepada suaminya semoga setelah ini ia mulai
berbakti kepada suaminya, dan suami yang belum bertanggung jawab terhadap istri
dan keluarganya semoga setelah mejelis ini ia mulai bertanggungjawab terhadap
keluarganya. Semoga yang bermusuhan dan berpecah belah diantara kita segera
bersatu dalam kalimat “Laa ilaaha illaa Allah Muhammad Rasulullah”,
dan jika ada yang putus silaturrahmi semoga setelah bersambung kembali. Doa
kita yang terakhir, semoga acara kita pada tanggal 7 Mei di Monas yang dihadiri
oleh guru mulia Al Musnid Al Habib Umar bin Muhammad bin Salim Al Hafidh yang
akan tiba di Indonesia pada akhir bulan April dan langsung menuju ke Solo,
kemudian ke pesantren Lirboyo untuk pertemuan dengan para Ulama’, kemudian ke
Cirebon dalam rangka Pesantren Kilat selama seminggu, kemudian hadir pada acara
kita di Monas pada tanggal 7 Mei Insyaallah, kemudian kembali ke kediaman
beliau di Tarim Hadramaut setelah kurang lebih 3 bulan dalam rihlah dakwah ke
berbagai negara. Semoga acara yang akan kita adakan berjalan sukses, dan
meninggalkan bekas yang mulia untuk Jakarta dan bangsa kita kaum muslimin
khususnya, dan seluruh wilayah kaum muslimin di seluruh dunia agar semakin
tentram dan makmur dan dipenuhi hidayah Allah subhanahu wata’ala, amin.
فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا
Ucapkanlah bersama-sama
يَا الله...يَا الله...
ياَ الله.. ياَرَحْمَن يَارَحِيْم ...لاَإلهَ
إلَّاالله...لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ اْلعَظِيْمُ
الْحَلِيْمُ...لاَ إِلهَ إِلَّا الله رَبُّ اْلعَرْشِ اْلعَظِيْمِ...لاَ
إِلهَ إلَّا اللهُ رَبُّ السَّموَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ وَرَبُّ اْلعَرْشِ اْلكَرِيْمِ...مُحَمَّدٌ
رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ،كَلِمَةٌ
حَقٌّ عَلَيْهَا نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوتُ وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى مِنَ اْلأمِنِيْنَ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar